Bontang dan jajanannya ( part 1 )
Hari hari kami diBontang diawali dengan menyusuri kembali jajanan yang biasa kami santap selagi tinggal di Bontang dulu.
Pertama yang di bedah adalah jajanan yang berada di komplex lain di PT Pupuk Kaltim.
Kalau untuk jajanan pagi saya biasanya jalan ke komplex BTN Pupuk Kaltim. Jajanannya sih sederhana aja tapi namanya di hutan ada ginian juga udah bagus deh, dan tempat mereka jualan cukup higienis karena air juga melimpah ruah buat cuci piringnya.
Disini kita bisa jumpai antara lain, mie pangsit ( jualnya tanpa baso), dan es cendol rumput laut. Meski jajanan lain ada juga tapi kami biasa hanya 2 macam ini yang dibeli.
Kalau sore hari biasanya pilihannya kita ke Koperasi Pupuk Kaltim , banyak pilihan makanan disana, dari mulai gorengan, pempek dan saudara2nya, makanan jawa timuran dari rujak cingur, tahu campur juga ayam dan ikan bakar serta minuman dari wedang ronde sampai aneka juice.
Tapi yang kami biasa beli disini hanyalah martabak, meski si mas ini jual juga martabak manis tapi kami lebih suka martabak asinnya. Kuahnya/sausnya martabak nya si mas ini saya bilang gak ada duanya, belum nemu kuah martabak se enak dia.
Penjual es cendol yang sangat terkenal diBontang, setiap ada acara besar selalu gak luput menu minumannya adalah es cendol ini.
Tempat jualannya sih gerobak dorong sederhana yang mangkal di pujasera PT Pupuk Kaltim tapi yang beli dari mulai kuli bangunan sampai dirut dari kedua perusahaan raksasa di Bontang. Juga pejabat pemerintahan juga sering pesan disini.
Kalau ditanya apa sebetulnya keistimewaannya ?
- Tastenya lumayan, paduan antara santan, gula dan isinya seimbang dan rasanya stabil dari tahun ketahun.
- Paduan antara cendol, bubur pacar dan ager2 warna coklat yang di klaim sebagai rumput laut itu cukup menarik, meskipun sebetulnya biasa saja. Bahkan untuk es cendol istimewa selalu ditambah kelapa muda.
- Gak terlalu banyak pilihan jajanan model gini, maklum jauh di udik.... (gak usah offensif yang tinggal diBontang, kan emang udik, let's face it dan jangan lupa, saya juga pernah tinggal diudik sana hampir 16 tahun.)
- Terakhir, karena yang jual jutek abis, lihat aja fotone, saya gak ngada2..... , dari ibunya sampai anaknya yang wanita semua setipe kalau jualin mukanya ditekuk lima... ha ha ha.
Nah ini cendol biasa tanpa kelapa muda, tadi pesen yang pake kelapa muda, entah gag denger entah grogy difoto sampai di hotel, lha kok tanpa kelapa... udah jauh2 kesana...
Suka sebel kalau gini. Mana 2 gelas ini Bamby gak mau lagi, dia gak gitu suka yang kayak gini.
Pujasera ini anehnya kok campur pasar, yang kadang baunya ikan ( apalagi dimusim panas) masuk campur dengan baunya cendol dan mie ayamnya, secara higienis udah rusak banget sebenernya tapi adanya ini, mau diapakan lagi. Tapi bagus juga PT Pupuk Kaltim masih mikirin bikin ginian, gak cuek aja, dan tempatnya cukup lumayan ramai terutama dihari libur dan week end.
Lucunya lagi kalau pagi sampai siang pedagang sayur campur pedagang makanan ini, tapi begitu masuk sore, langsung berubah jadi pedagang makanan yang sangat beraneka ragam, ada sate, gule , nasi goreng dll, pokoknya apa aja banyak banget ragamnya, buat yang lagi malas masak enak tinggal kesini aja.
Hanya selama kami di Bontang jarang banget kalau malam kesini, pilihan jajanan malam kami bukan disini, dulu pernah beli nasgornya kata teman2 enak, tapi ternyata kami punya favorite sendiri yang gak jauh dari tempat tinggal kami.
Kalau yang ini si mbaknya istrinya si mas tadi, mbak ini baik banget, ibu yang baik juga, kerja keras juga bantuin suaminya. Tipe suaminya tuh tipe laki2 konservatif banget.... yang saya perhatikan agak terlalu dominan dan ...gak usah dibahas ah, cuman kasihan banget si mbaknya ini. (Ini disimpulkan saking seringnya saya jajan disini. Sering lihat kelakuan pasutri ini) Tapi jangan salah selama saya langganan ama mereka, gak pernah sekalipun saya makan disini, selalu dibawa pulang, biasa parno.....
Nah ini mie ayam pangsitnya, sederhana saja tapi rasanya sedep. Benerkan ini kan piingnya mbak Lena, aku pinjam buat dihotel kalau mau makan jajanan....
Gak pernah bisa saya makan ditukang jualannya...agak2 gimana gitu.
Sore hari, kami jalan2 ke komplex Pupuk Kaltim kembali , tapi kali ini ke Koperasi Pupuk Kaltim seberangnya GOR Pupuk dimana sering banget pertandingan sepak bola diadakan disana.
Tim Sepak Bola Pupuk Kaltim memang cukup membanggakan prestasi, juga tim drumb band mereka yang dulunya dilatih oleh Adamnya TT DJ, cukup membanggakn prestasinya dan selalu saingan terberatnya dari tim drum band PT Badak yang juga cukup bagus pula prestasinya.
Di Koperasi ini adalah pujasera yang terlama, sebelum ada ditempat lain disinilah mereka pertama kali dikumpulkan untuk berjualan bersama, dan tempat mereka berjualan selalu di renovasi dari tahun ketahun. Langganan kami disini ya tukang martabak saja, sangat jarang kita jajan yang lainnya, kadang sesekali beli empek2 atau wedang ronde( terutama suami, aku gak biasanya).
Begitu masuk komplex Pupuk, disambut dengan lampu traffic light yang macam ni, bikin sirik aja soale di AD gak ada, sedang denda nrabas lampu merah tinggi. Jadi yang ada, kalau nyupir diAD kalau udah sampai traffic light suka deg2an aja... apa udah mau kuning ke merah atau gimana...
Kalau traffic lightnya kaya gini kan enak, gak bikin orang HHC....
Disinilah tempatnya si mas martabak jualan, tadinya malah saya nyimpen nomer HPnya, untuk pesan beberapa saat sebelumnya.
Alasannya sih karena perjalanan dari rumah di komplex PT Badak agak jauh buat ukuran Bontang, mana kalau rame bisa nunggu sejam sendiri, jadi enaknya kalau mau kesini telpon dulu, jam sekian mau diambil pesen 4 yang tebel. (bayangkan 4 martabak sekali beli, bukan semua disantap tapi masuk freezer sisanya, baru kalau butuh diangetkan aja daripada tiap pengen jauh2 harus kemari, biasa kami nih bukan orang yang doyan JJS hanya untuk sebuah martabak.)
Mudah2an mutunya tetep neh....
Yak mas pesen satu aja ya ? Si masnya heran kok udah lama gak kelihatan dan pesen kok satu....
Ya terpaksa berceritalah daku kalau suami sekarang udah pensiun dari PT. Badak .. bla ...bla....bla...begini begitu....
Caranya dia muter martabak nih udah dari jaman kuda selalu saya perhatikan dan triknya dicatat betul tapi ya itu, tetep aja kalau praktek dirumah yang ada robek dan gatot. Memang bagusnya ada meja marmer sih.... malah ama si masnya pernah ditawarin kok, kalau ibu mau saya bawakan dari Jawa, walah mas gak deh... kalau mau beli ajah.....
Nah ini tempat dia goreng martabaknya dan lihat disisi kanan, ternyata dia pake minyak samin cap onta.... Kalau dibandingkan minyak samin ini mirip bener sama ghee diAD. rasanya mirip dengan butter, pantas aja martabaknya gurih, an gurihnya khas. Jangan digantikan blue band, waklah beda rasanya jauhhh.
Kalau yang ini masih sepi sih abis baru akan magrib, kios ini tempat penjual wedang ronde langganannya masku. Dia juga jual apa lagi gitu tapi gak paham juga, kayaknya sih es campur atau apalagi gitu. saking gak pernahnya mampir sini. Tapi lihat aja saung2 ini rapih betul buatannya, dan rasanya baru tahun kemarin direnovasi.
Kalau gorengannya saya selalu beli hanya kalau bulan puasa, ang enak singkong gorengnya empuk dan gorengannya ini selalu diberi saus yang terbuat dari roux petis yang agak pedes, sebagai cocolannya selain cabe rawit tentunya.
Nah sekarang kena lampu merah, udah mau jalan lagi neh....
Enak kan kalau gini, tau kapan mulai turunkan rem tangan maklum keluar Koperasi ini dilampu merah tanjakannya tinggi juga, gak pake rem tangan kuatir mundur.....
*Sekedar Curhat*
Sekilas mengenai kehidupannya.
Jangan dikira hidup dalam kota kecil ini selalu aman tenteram, kelihatannya saja asri, guyub tapi sebenernya gejolak nya sangat terasa.
Sebagai salah satu contoh : masalah parkir kendaraan, mereka tuh kadang parkir seenaknya saja, kadang enak aja parkir dibelakang mobil kita, giliran kita komen kok parkirnya gak jelas gini eh marahnya malah seolah kita yang salah.
Apalagi mereka yang merasa "mampu" membeli kendaraan yang labih bagus, waduh serasa yang punya Bontang deh... dengan gayanya yang gak perlu dibahas.
Sehingga kadangkala mereka harus besar pasak dari pada tiang untuk menutupi gaya hidup mereka.
Cara mereka nyupir juga sama aja memperlihatkan ke egoisme nya yang tinggi, memang sih gak semua yang bermobil bagus seperti itu, banyak juga yang baik tapi seperti biasa, segelintir oknum dapat membuat citra sekelilingnya menjadi buruk.
Dengan mobil mulusnya bergaya, atau juga dengan mobil dinesnya yang jelas memperlihatkan kedudukannya yang tinggi di perusahaan seolah sekeliling hanya dia yang punya lupa kalau ada masyarakat lain disana yang gak seberuntung dirinya.
Urusan ngantre juga sama aja, kalau ditegur baik2 malah melotot... lha ini kalau gak cepet diperbaiki kedepannya bisa jadi kota okem deh....
Urusan dikantor pun ada aja yang ingin diselesaikan dengan cara adu jotos... padahal mereka itu adalah bapak2 yang sudah berumur, hanya mungkin sekarang telat jadi pendekar jadilah segala urusannya inginnya diselesaikan dengan cara kekerasan....
Entah saat ini "pendekar kesiangan" ini dapet penalti apa dari kantor, jangan2 para petinggipun takut untuk menurunkan penalti pada orang semacam ini... tapi mudah2an tidak.
Ketika kami tinggal disana kami mencoba menjauhi apa2 yang menyebabkan gesekan, berusaha betul beradaptasi dengan keadaan yang keras antar sesama pendatang ini.
Tapi ketika berkunjung kembali ke Bontang, terasa betul suasana ini tidak membuat hati tentrem dan mungkin juga karena merasa gak perlu lagi beradaptasi karena saya toh gak bakal hidup disini lagi, ya terasa gregetan juga.
Sempet dalam hati terucap: "walah belagunya, lha wong katak dalam tempurung aja kok...."
Gaya sih hanya ditepi hutan, cobalah dikota besar...bisa survive gak ya?
End of curhat...*twink2*
********
Back to : MUDIK 2006
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home